 Varietas unggul baru (VUB) memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil padi sawah. Selain itu, introduksi VUB  merupakan komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.  Tahun 2010 telah dilakukan demonstrasi plot  empat VUB padi sawah  di Sumatera Barat (Sumbar), termasuk  di Kabupaten Solok, yaitu: Tukad Unda, Silugonggo, Logawa dan Inpari 12.  Tahun 2011 dilanjutkan dengan demfarm yang dimaksudkan untuk mempercepat penyebaran VUB yang dinilai sesuai dengan preferensi konsumen masyarakat Sumbar, yakni rasa nasi pera dengan kadar amilosa tinggi (>25%).
Varietas unggul baru (VUB) memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil padi sawah. Selain itu, introduksi VUB  merupakan komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.  Tahun 2010 telah dilakukan demonstrasi plot  empat VUB padi sawah  di Sumatera Barat (Sumbar), termasuk  di Kabupaten Solok, yaitu: Tukad Unda, Silugonggo, Logawa dan Inpari 12.  Tahun 2011 dilanjutkan dengan demfarm yang dimaksudkan untuk mempercepat penyebaran VUB yang dinilai sesuai dengan preferensi konsumen masyarakat Sumbar, yakni rasa nasi pera dengan kadar amilosa tinggi (>25%).
Penggunaan VUB dan benih berkualitas merupakan salah satu komponen dasar pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Menggunakan benih bermutu memberikan manfaat, yaitu: (i) menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak; (ii) menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang seragam; (iii)  dapat tumbuh lebih cepat dan tegar; (iv) memberikan hasil yang tinggi dan kualitas yang seragam, sehingga harga jual lebih tinggi, yang pada gilirannya, dalam konteks agribisnis, lebih mengutungkan.
Usaha agribisnis padi terdiri dari subsistem (i).  Pra produksi, (ii). Produksi, dan (iii). Pemasaran. Subsistem pra-produksi ketersediaan varietas unggul dan benih bermutu merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan dalam penerapan PTT. Kabupaten Solok yang dikenal sebagai penghasil beras utama ternyata ketersediaan benih bermutu yang  memenuhi  6 tepat  masih menjadi kendala dalam peningkatan produksi. Enam tepat yang dimaksud adalah tepat varietas, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, tepat mutu serta tepat harga.
Atas dasar itu, telah dilakukan kegiatan penangkaran benih padi sawah oleh UP FMA Nagari Cupak pada Musim Kemarau 2011 dengan pendampingan inovasi teknologi dari BPTP Sumatera Barat.
KERAGAAN TEKNOLOGI
1. Kondisi agroekosistem
Nagari Cupak adalah salah satu dari 8 nagari di Kecamatan Gunung Talang,  Kabupaten Solok. Luas sawah kecamatan Gunung Talang 3.374 ha, terletak pada   ketinggian 829-950 m aml.  Curah hujan rata-rata 2.549 mm/tahun dan hari hujan 82 hari.  Kecamatan Gunung Talang termasuk lokasi penghasil beras Solok kulitas terbaik di daerah ini, terutama didukung oleh kondisi areal persawahan berjenjang yang mendapat air irigasi segar secara terus menerus.  Sebagai sentra produksi beras, luas areal panen tahun 2009 adalah 8.123 ha dengan produksi 56.616 ton GKP atau rata-rata hasil 6,96 t/ha, serta Indek Pertanaman 240%/tahun.   Dengan kondisi ini diperkirakan kebutuhan benih untuk Kecamatan Gunung Talang sekitar 15,4  ton/tahun.  Varietas padi sawah dominan berkembang adalah Cisokan, Anak Daro, Batang Piaman, Batang Lembang dan lokal.
2. Persemaian
Persemaian dibuat pada lahan yang ditanami dengan varietas yang sama sebelumnya.   Pengolahan tanah untuk persemaian sampai melumpur sempurna  sekaligus  membuang sisa tanaman.   Persemaian basah   dibuat dengan  dialasi plastik yang diisi cairan lumpur sawah+pukan+abu sekam, setinggi 1-2 cm. Luas persemaian 4% dari luas sawah, ukurannya  lebar 1,5 m, panjang sesuai ukuran lahan, tinggi 15 cm. Jauh dari pencahayaan (lampu) di malam hari, kemudian lakukan penaburan  pupuk NPK Phonska  50-60 gram/m2 dan Curater 3 G. Benih yang disemai harus bersumber dari kelas yang lebih tinggi dari benih yang akan dihasilkan (bersertifikat/berlabel). Benih yang telah rendam  selama 24 jam dan ditiriskan selama  48 jam baru ditaburkan merata diatas tempat persemaian.
- 3. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan dengan olah tanah sempurna (2 x bajak, 2 kali garu, dengan interval 1 minggu). Penggenangan air dilakukan selama 3-4 hari sebelum tanam agar  bibit varietas campuran lain (VCL) tidak tumbuh di areal penangkaran.
- Penanaman
Bibit ditanam pindah umur 21 hari (Cisokan dan Inpari 12)  dengan  2-3 batang perumpun (untuk memproduksi kelas BP). Bibit ditanam  memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan jumlah daun sama, misal 2 atau 3 daun/batang). Agar tanaman terlihat lurus, teratur, mudah dalam pemeliharaan, mudah merougiung dan mampu meningkatkan produksi, maka ditanam secara legowo 6:1. Digunakan alat penggaris caplak, ditarik dari arah Timur ke Barat atau sebaliknya dari Barat ke Timur dengan jarak tanam 25x25 cm. Tanam teratur   bertujuan agar cahaya dapat masuk di antara barisan tanaman dari pagi hingga sore hari, sehingga proses fotosintesa dapat lebih sempurna, dapat menekan perkembang-biakan hama dan penyakit utama lain seperti wereng, penyakit tungro, blas dan tikus.
Pemupukan
Kesuburan tanah beragam, karena perbedaan sifat fisik dan  kimianya yang dapat mempengaruhi kemampuan tanah  untuk penyediaan hara bagi tanaman. Pemupukan dimaksudkan agar dapat menambah hara untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Agar efisien, takaran pupuk disesuaikan kondisi lahan. Takaran pupuk phosfor (P) dan kalium  (K) disesuaikan  dengan ketersediaannya dalam tanah, diukur dengan PUTS ( Tabel 1). Pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman melalui pembacaan Bagan Warna Daun (BWD) (Tabel 2). Pemberian urea awal sebanyak 75 kg/ha bersamaan pupuk P dan K segera setelah tanam. Jika tidak menggunakan BWD, gunakan takaran pupuk standar 200 – 250 kg Urea /ha. Pupuk P dan K diberikan sekaligus paling lambat 1 minggu setelah tanam. Dianjurkan pemberian bahan organik sebanyak 2 t/ha dan kapur dolomit 500 kg/ha terutama pada tanah berstruktur padat dan pH rendah.  Pengalaman sebelumnya, kedua VUB Cisokan dan Inpari 12  dipupuk dengan 200kg/ha Ponska pada saat tanam+100kg/ha Urea (bila skala BWD<4) dan 50 kg/ha KCL pada stadia primordial, tanpa pukan dan kapur dolomit.
- 6. Pengairan
Air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman, ketinggian air 2-3 cm cukup untuk mendorong pertumbuhan anakan, bila air terlalu tinggi pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan aerasi yang baik, untuk itu pengairan berselang sangat dianjurkan. Selain itu pengairan berselang juga dapat membantu perkembangan mikroba  tanah, memperbaiki kimia tanah yang beracun serta perkembangan akar tanaman padi akan lebih baik.
Tabel 1. Kebutuhan pupuk posfor dan kalium berdasarkan hara tanah
| 
Status P tanah | 
Hara terekstrak HCL 25%(mgP2O5/100 gr) | 
Dosis pemupukan SP 36 (kg/ha) | 
| 
Rendah 
Sedang 
Tinggi | 
<20 
20-40 
>40 | 
150-200 
100-150 
75-100 | 
| 
Status K tanah | 
Hara terekstrak HCl 25%(mgK2O/100 gr) | 
Dosis pemupukan KCl (kg/ha) | 
| 
Rendah 
Sedang 
Tinggi | 
<10 
10-20 
>20 | 
100 atau 50+jerami 
50 
50 | 
Tabel 2.  Pemberian Urea berdasarkan kebutuhan tanaman secara tetap atau real time
| 
Warna daun | 
Skala | 
IR 66 
(5 t/ha) | 
Cisokan 
(6 t/ha) | 
B.Piaman 
(7 t/ha) | 
Inpari 12 
(8 t/ha) | 
| 
Kuning* | 
2-3 | 
75 | 
100 | 
125 | 
150 | 
| 
Hijau kekuningan* | 
3-4 | 
50 | 
75 | 
100 | 
125 | 
| 
Hijau* | 
4-5 | 
0 | 
0-50 | 
50 | 
50 | 
| 
Hijau kekuningan)** | 
<4 | 
50 | 
75 | 
100 | 
125 | 
Keterangan: *pemberian pupuk Urea untuk waktu tetap (stadia anakan aktif umur 21-28 hari) dan **pemberian berdasarkan kebutuhan tanaman (real time) yang dievaluasi 7-10 hari sekali dengan pembacaan BWD.
- 7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan intensif, paling sedikit dua kali tergantung  keadaan gulma, gunakan landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Dimaksudkan pupuk yang diberikan hanya diserap tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan. Gulma juga dapat berperan sebagai tanaman inang hama dan penyakit, karena itu penyiangan perlu dilakukan.
- 8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Saat ini hama wereng dan penyakit tungro penyebab utama kerusakan dan  kegagalan panen. Untuk itu bila ada gejala serangan, segera dikendalikan secara terpadu. Gunakan insektisida (seperti Aplaud dan Curbix atau Confidor) bila cara lain tidak mampu menekan populasi. Pemasangan bubu perangkap linear trap barrier system (LTBS) dan TBS juga efektif untuk mengendalikan tikus bila populasinya banyak dan petani mempunyai kemampuan mengadakan peralatannya.
9. Rouguing
Salah satu syarat dari benih bermutu memiliki tingkat kemurnian genetik  tinggi, karena itu rouguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase tanaman muda (vegetatif awal) sampai fase akhir pertanaman (generatif akhir), untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari diskripsi varietas tanaman yang diproduksi benihnya (Tabel 3).
Tabel 3. Rouguing dan karakteristik tanaman yang diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas.
| 
Rou-guing  ke | 
Fase pertumbuhan/Umur tanaman | 
Karakter yang diperhatikan dan pembuangan penyimpangannya dari rata-rata umum | |
| 
Bibit muda/15-20 hst | 
Laju pemunculan bibit, warna daun, tinggi bibit | ||
| 
1 | 
Tanaman muda/35-45 hst | 
Laju dan tIpe pertunasan, warna dan sudut daun, warna pelepah dan kaki | |
| 
2 | 
Fase anakan Maksimum/50-60 | 
Jumlah tunas, panjang & lebar daun, sudut lekat daun, warna daun, panjang dan warna ligula | |
| 
3 | 
Fase awal berbunga/ 
85-90 hst | 
Sudut pertunasan, sudut daun bendera,jumlah malai/rumpun, umur berbunga, keseragaman berbunga, warna bunga | |
| 
Fase pematangan/ 
90-100 hst | 
Bentuk dan tIpe pemunculan malai, panjang malai,warna gabah, berbulu-tidaknya ekor gabah, kehampaan, laju menua daun, bentuk dan ukuran gabah, umur matang, berbulu dan kerebahan batang tanaman. | ||
| 
4 | 
Fase panen/100-115 hst | 
Kerontokan, endosperen, bentuk ukuran dan warna gabah | |
- 10. Panen dan Pengolahan Benih
Panen tepat waktu adalah bila biji telah masak fisiologis ( 90-95% malai telah menguning). Benih padi baru dipanen masih tercampur kotoran fisik dan benih jelek, karena itu  bila benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan maka masalah mutu benih setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.  Mutu fisiologis benih yang menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan sangat menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-11%.  Setelah menjadi benih dan siap untuk disimpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.
Tanaman dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh Balai Pemeriksaan dan Sertifikasi Benih (BPSB).  Perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan untuk panen (sabit, karung, terpal, alat perontok/threser, karung dan  tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen harus dibersihkan. Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering (Dryer).
Bila benih telah selesai prosesing, lulus sertifikasi dan siap untuk disimpan atau dipasarkan, maka perlu dicatat yaitu nama varietas, tanggal panen, asal petak percobaan, jumlah/kuantitas benih asal (pada saat  awal penyimpanan), jumlah  pada saat pemeriksaan stok terakhir, serta hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).
ANALISIS USAHATANI
Hasil analisis usahatani kegiatan penangkaran benih padi varietas Cisokan dan Inpari 12 yang dilakukan oleh Unit Pengelola Farmer Managed Extention Activity (UP FMA) Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang  Kabupaten Solok pada MK 2011 dilakukan sesuai  prosedur  di atas dikemukakan pada Tabel 4.
Tabel 4.       Analisis usaha penangkaran benih padi sawah varietas Cisokan UPFMA   Cupak, Kabupaten Solok MK 2011.
| 
Masukan-hasil | 
Kuantitas (satuan) | 
Harga satuan (Rp/satuan) | 
Nilai (Rp/ha) | 
| 
 
-  Urea (kg) 
-  NPK Phonska (kg) 
 
-  Curater 3G (kg) 
 
-  Traktor 
-  perbaikan pematang 
-  persemaian 
-  persiapan tanam 
-  tanam 
-  pemupukan 
-  penyiangan 
-  rouguing 
-  panen & perontokan (% hasil) 
-  pengeringan gabah ((Rp/kg) 
-  pembersihan calon benih (Rp/kg) 
 
-  pendaftaran awal 
-  labor dan pelabelan (Rp/kg) 
-   Packing (Rp/kg) 
Total biaya (1+2+3+4+5) 
Hasil dan Penerimaan (kg) 
Keuntungan 
R/C | 
20 
100 
300 
18 
Borongan 
2 
2 
5 
26 
3 
24 
4 
10 
150 
100 
- 
200 
210 
4.900 
- | 
9.500 
3.000 
2.800 
22.500 
750.000 
35.000 
35.000 
35.000 
30.000 
35.000 
30.000 
35.000 
- 
- 
- 
- 
- 
- 
8.500 
- | 
190.000 
300.000 
840.000 
405.000 
750.000 
70.000 
70.000 
175.000 
780.000 
105.000 
720.000 
140.000 
4.165.000 
735.000 
490.000 
5.000 
980.000 
1.029.000 
11.949.000 
41.650.000 
29.701.000 
3,48 | 
Total biaya penangkaran benih kelas Benih Dasar (FS) sebanyak Rp 11.949.000/ha. Biaya terbesar dialokasikan untuk upah tenaga kerja, termasuk bagian hasil panen dan perontokan dalam bentuk natura sebesar 10% dari hasil. Dari perolehan hasil benih kelas Benih Pokok (SS) sebanyak 4,9 t/ha siap jual dengan harga Rp 8.500/kg diperoleh penerimaan sebesar Rp 41.650.000/ha dengan nilai R/C 3,48.
KESIMPULAN
Ketersediaan benih sesuai enam tepat menjadi kunci utama keberhasilan usahatani termasuk padi sawah.  Dilain pihak, selama ini ketersediaan benih bermutu menjadi masalah utama bagi petani, sehingga mereka menggunakan benih yang dihasilkan sendiri dengan segala kelemahannya. Memproduksi benih bermutu spesifik lokalita dapat dilakukan oleh petani atau kelompok tani penangkar benih sesuai  dengan panduan teknik penangkaran benih padi sawah di atas. Untuk itu, keterkaitan petani penangkar dengan institusi penyedia benih sumber dan unsur pengawasan dari BPSB serta prosessing dan pemasar benih harus menjadi pertimbangan, khususnya dalam produksi benih skala besar berorientasi bisnis.
Kegiatan usaha penangkaran benih padi sawah yang dilakukan oleh UP FMA Kenagarian Cupak Kabupaten Solok MK 2011,  menggunakan Benih Dasar (FS) varietas Cisokan dan Inpari 12 mampu menghasilkan 4,9 t/ha benih Benih Pokok (SS), dengan nilai R/C. 3,48.
| < Sebelumnya | Berikutnya > | 
|---|
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar