Jumat, 07 Maret 2014


WILUJENG KHARISMA/"PRLM"
WILUJENG KHARISMA/"PRLM"
TUMPUKAN beras kemasan Pandan Wangi yang sedang ditata oleh salah seorang ekerja di penggilingan beras di Kec.Warungkondan, Kab. Cianjur, Kamis (22/8/2013). Maraknya beredar beras kemasan Pandan Wangi oplosan membuat Pemkab Cianjur semakin prihatin dan akan segera mematenkan beras Pandan Wangi sebagai beras khas Cianjur dan bisa menjadi ciri khas Jawa Barat.*
CIANJUR, (PRLM).-Maraknya beredar beras kemasan Pandan Wangi oplosan membuat Pemkab Cianjur semakin prihatin dan akan segera mematenkan beras Pandan Wangi sebagai beras khas Cianjur dan bisa menjadi ciri khas Jawa Barat.
"Sekarang masyarakat semakin rancu mana yang benar-benar beras Pandan Wangi dan mana yang tidak karena memang banyak beredar yang oplosan. Beras yang dioplos pun beras dnegan ciri menyamai Pandan Wangi. Ini membuat petani merugi karena beras Pandan Wangi diharga dengan murah. Makanya akan kami segera patenkan," ucap Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Cianjur, Yanto Hartono saat ditemui di kantornya, Jalan Raya Bandung, Cianjur, Kamis (22/8/2013).
Yanto mengatakan saat ini sudah dalam proses pematenan Pandan Wangi. Bahkan, Pemkab Cianjur bekerja sama dengan Dinas Pertanian Provinsi Jabar dan Universitas Islam Bandung (Unisba) sedang berupaya menempuh proses paten. Pasalnya, dengan dipatenkannya Pandang Wangi, harga beras Pandang Wangi akan semakin eksklusif sehingga bisa menarik petani lebih memilih menanam jenis Pandan Wangi.
"Saat ini sentra Pandang Wangi ada di enam kecamatan di CIanjur, yaitu kecamatan Warungkondang, Gekbrong, Cilaku, Cibeber, Cugenang, dan Cianjur. Kami saat ini dalam tahap perluasan dan pengembangan sentra baru yaitu di Kec. Cempaka," tuturnya.
Beras Pandan Wangi, kata Yanto, saat ini dijual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram di pasaran dan Rp 12.500 per kilogram di tingkat petani. Mahalnya beras Pandan Wangi memang karena kondisi tanah tertentu yaitu tanah regina yang bisa ditanami dan itu hanya ada di beberapa kec saja di Cianjur.
"Selain itu, masa panen Pandan Wangi tidak seperti jenis lain yang bisa dipanen dalam waktu empat bulan. Pandan Wangi dipanen dalam waktu enam bulan. Itu sudah yang paling cepat. Porduktifitasnya diatas produktifitas rata-rata padi di Cianjur yaitu sekitar 6-7 ton per hektare, sedangkan produktifitas beras secara kesuluruhan di Cianjur sekitar 5,8 ton per hektare," katanya.
Bahkan, kata Yanto, produksi Pandanwangi per tahun hanya 5 persen dari total beras Cianjur yang mencapai 900 ribu ton. "Jadi kalau beras di pasaran asli Pandanwangi harganya bisa mahal. Tapi selama ini banyak beras kemasan yang harganya mahal tapi banyak dioplos," katanya.
Lebih lanjut Yanto mengatakan saat ini tengah berupaya mempertahankan lahan pertanian khusus untuk tanaman padi pandanwangi. Menurut Kepala Dinas Pertanian Cianjur, Yanto Hartono, salah satu upaya dilakukan adalah memberikan penyadaran kepada para petani yang memiliki lahan yang cocok untuk tanaman padi pandan wangi.
“Padi pandan wangi ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh jenis padi lainya. Pandan wangi hanya cocok di tanam di wilayah tertentu, kalau di Cianjur diseputaran Jambudipa Warungkondang. Diluar daerah itu hasilnya tidak akan maksimal dan berbeda dengan yang aslinya,” ujarnya.
Yanto menuturkan saat ini ada sekitar 1.800 hektar lahan pertanian yang cocok untuk ditanam padi pandanwangi. Bahkan, hanya ada 10 kelompok tani khusu petani Pandan Wangi yang ada di Cianjur.
“Memang sulit mempertahankanya, tapi kami terupa berupaya agar masyarakat yang memiliki lahan tidak dialih fungsikan atau dipindah tangankan, karena kalau sampai terjadi sulit untuk mempertahankan padi pandan wangi,” katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur,Suranto mengatakan diperlukan invoasi teknologi pertanian yang baik dalam mengembangkan Pandan Wangi. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk membantu peningkatan kinerja para petani dan produktivitas pertanian. Namun penyerapannya diupayakan harus merata agar ketahanan pangan juga mampu ditingkatkan.
Suranto mendukung pematenan Pandan Wangi. Namun, alangkah lebih baik jika juga diikuti dengan invoasi pengembangan teknologi pertanian. Dengan dipatenkan, kata Suranto, produk unggulan lokal yaitu beras Pandan Wangi akan meningkatkan nilai ekonomi para petani dan kelompok tani. Sehingga secara otomatis kualitas kontrol dapat dijalankan.
"Selain itu, ketika kami nantinya punya hak paten akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Cianjur. Beberapa label pandang wangi yang beredar dan banyak yang palsu tidak akan lagi ada. Setidaknya untuk di Cianjur. Untuk meningkatkan produktivitas Pandan Wangi tentu saja invoasi teknologi bisa menjadi salah satu faktor," tuturnya.(A-186/A-89)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar